I Yohanes 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia
membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya. Surat I Yohanes ini ditulis oleh Rasul Yohanes yang
merupakan rasul terakhir meninggal dan yang paling akhir menuliskan
surat-suratnya (Wahyu).
Jika ada pertanyaan apakah buktinya kalau kita
mengasihi Tuhan Allah, maka kita akan dengan segera menjawab rajin ke gereja,
pelayanan, berdoa, bersaat teduh dll-nya. Ya ini memang merupakan implementasi
kasih kita akan Tuhan, tetapi buat Tuhan itu masih kurang, tidak sempurna, tidak
sesuai standard-Nya karena kasih akan Allah itu tidak hanya berlaku vertikal
(manusia-Tuhan) tetapi juga berlaku horizontal, yaitu terhadap sesama manusia.
Jika ada pertannyaan siapa yang tidak pernah membenci
saudaranya?, apakah kita akan berani mengangkat tangan kita? Atau jangan-jangan
kita menyembunyikan tangan karena kita tahu bahwa kita pernah atau bahkan
sedang membenci seseorang. Kita selalu punya
cukup atau bahkan banyak alasan bahwa kita
punya hak untuk membenci seseorang. Mungkin kita akan mengatakan “loh dia
itu menjengkelkan, atau dia itu orang yang nggak setia dan mau menang sendiri
dan masih banyak yang lainnya lagi. Apapun alasan kita, apapun perbuatan
seseorang terhadap kita Tuhan berfirman sesuai dengan I Yoh 4:20 yaitu: JIKA ENGKAU MENGASIHIKU MAKA KASIHILAH
SAUDARAMU!!!, karena jika tidak kita adalah seorang pembual.
Pertanyaan selanjutnya adalah adakah diantara kita
adalah seorang pembunuh? Maka kita akan menjawab, “wah ya nggak ada lah, masak disini ada pembunuh”. Tetapi Firman
Tuhan di I Yohanes 3 : 15 Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan
kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang
kekal di dalam dirinya, menyatakan bahwa jika ada diantara kita yang
MEMBENCI saudaranya, dengan alasan apapun juga maka
kita adalah seorang PEMBUNUH, dan
tidak memiliki jaminan hidup kekal.
Siapa sih yang memiliki potensi paling besar untuk
menyakiti kita? Dan jawabannya adalah orang yang terdekat dalam hidup kita,
suami-istri, orang tua-anak, menantu-mertua dll. Ingat bahwa mereka inilah yang paling besar peluangnya untuk menyakiti,
menghianati, mengecewakan kita, tetapi apakah ini dapat dijadikan alasan kita
untuk tidak mengasihi? Sekali-kali tidak. Sebab jika kita mengasihi Allah
maka kita akan mengasihi setiap orang apapun keadaannya, apapun kelakuannya dan apapun
kekurangannya. Teladan ini telah diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus yang karena
kasih-Nya atas kita, walaupun kita yang oleh karena pelanggaran dan dosa telah
menyakiti-Nya, Tuhan tetap mengambil keputusan di taman Gestmani untuk meminum cawan yang pahit
dan menyerahkan hidup-Nya bagi kita. Oleh karena itu setiap kita yang
mengatakan bahwa Tuhan, “aku mengasihi-Mu”
haruslah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Hidup
berbuat baik kepada siapapun.
Matius
5: 44-47 Tetapi
Aku berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan
demikianlah kamu menjadi anak-anak
Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat
dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang
tidak benar. Apabila kamu mengasihi
orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat
demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu
saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak
mengenal Allahpun berbuat demikian?
Roma
12: 17-21 Janganlah
membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah,
sebab ada tertulis: Pembalasan itu
adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia
minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan,
tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
Perintah Tuhan itu sungguh dasyat, yaitu
kasihilah sesamamu manusia bahkan kasihilah musuhmu (orang yang menyakiti,
menganiaya, melukai) doakan dan berkatilah. Jika kita hanya mengasihi orang
yang mengasihi kita itu baik, tetapi itu standard dunia, dan itu tidak memenuhi
standard yang ditetapkan oleh-Nya. Jika kita mau memenuhi standard Allah maka
lakukan perintah-Nya, kasihilah siapapun, bagaimanapun keadaannya dan apapun
perbuatannya, karena kita memandang kasih Allah. Mungkin akan ada yang berkata, “kamu ini kok bego banget sih, da dikibulin
tetep saja baik”. Jangan pernah pedulikan itu karena pembalasan bukanlah
bagian kita tetapi biarlah itu menjadi bagian Allah, bagian kita adalah selalu dan selalu dan selalu berbuat kasih. Kita
belajar dari kehidupan Yusuf. Ketika ia disakiti oleh saudara-saudaranya,
dipukul, dijual menjadi budak, terpenjara, teraniaya, Yusuf punya seribu alasan
untuk menjadi marah, benci dan dendam. Tetapi Yusuf tidak pernah punya niatan
untuk membalas, tidak pernah membiarkan kepahitan menggerogoti hatinya, yang ia
punya adalah kasih. Dan ketika ia naik, Yusuf sama sekali tidak membalas yang
dilakukannya adalah memberkati dan memelihara kehidupan mereka. KALAHKAN KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN !.
2.
Menerima
Setiap Orang Apa Adanya
Yohanes
8 : 10-11 Lalu
Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah
mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak
ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau.
Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Cukup
banyak Teladan yang Tuhan berikan buat kita, dalam hal menerima setiap orang
apa adanya yaitu:
·
Ketika Tuhan Yesus dihadapkan pada satu kasus,
dimana didapati perempuan yang berzinah, Tuhan hanya mengatakan siapapun yang
berasa tidak pernah berdosa, silakan melempari pertama kali. Dan ternyata tidak
seorangpun yang melempari bahkan semuanya mundur dan meninggalkan perempuan
itu. Tuhan tidak menghukum tetapi memberikan pengampunan. Tuhan mengajarkan
kita untuk menerima setiap orang apa adanya, tidak ada manusia yang sempurna,
kitapun tidak sempurna.
·
Ketika Bertemu dengan Zakeus, Tuhan tahu bahwa
ia adalah seorang pemungut cukai dengan paradigm yang tidak benar, tetapi Tuhan
tetap berbicara kepadanya bahkan mampir dan makan bersama di rumahnya. Tuhan
menerima apa adanya Zakeus, ia tidak menghakimi tetapi memberikan kasih-Nya
sehingga kehidupan dan paradigma Zakeus diubahkan. Penerimaan kita akan orang
lain dan kasih kita yang tulus akan mengubahkan kehidupan dan paradigma orang
itu.
·
Wanita Samaria dengan 5 laki-laki tanpa hubungan
yang jelas. Wanita inipun tidak diterima oleh lingkungannya. Buktinya Ia
menimbah air diwaktu siang, padahal kebiasaan kala itu menimba air dilakukan
pada waktu pagi atau sore. Ia tidak mau bertemu orang lain karena akan mendapat
pandangan penuh penghinaan. Tuhan Yesus tahu akan kehidupan perempuan ini
tetapi tidak memandang hina, Tuhan berbincang-bincang bahkan menawarkan air
hidup kepadanya, dan perempuan inipun mengalami perubahan dalam kehidupannya.
·
Anak Bungsu yang meminta uang warisan, padahal
Bapanya belum meninggal, setelah itu berfoya-foya. Setelah habis semuanya,
sadar dan ingin pulang kerumah Bapanya. Bapanya yang melihat dari kejauhan
tidak lagi mengingat segala apa yang telah dilakukan oleh anaknya. Bapanya
menerimanya, memeluknya, dan tetap mengasihinya dengan kasih Bapa.
Jika
kita mengasihi Allah, maka kita akan mengasihi setiap orang apa adanya dan penerimaan kita akan membawa
perubahan yang lebih baik dalam kehidupannya.
3.
Kata-kata
yang penuh Kasih
Kolose
4:5 Hendaklah
kata- katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu,
bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.
Ketika
kita sedang jatuh cinta, setiap kata yang keluar dari bibir kita adalah
kata-kata yang penuh kasih. Demikianlah juga hendaknya kehidupan kita terhadap
setiap orang, yaitu setiap kata yang kita sampaikan adalah kata-kata yang penuh
kasih, bukan kata-kata yang memojokkan, menyinggung ataupun menyakitkan. Setiap
kata yang keluar dari bibir kita itu menggambarkan bagaimana keadaan hati kita,
apakah penuh kasih ataukah penuh kebencian. Perkataan itu bagaikan pisau yang
tajam, sekali kita menancapkan/melukai orang lain, kita dapat meminta maaf
(menarik pisau itu lagi) tetapi tetap akan meninggalkan bekas dihatinya.
Bijaksanalah dalam berkata-kata, karena setiap orang yang mampu mengendalikan
perkataannya (lidahnya) adalah orang-orang yang sempurna dihadapan Allah.
Yakobus 3:2 Sebab kita semua bersalah
dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah
orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
4.
Mengampuni
Dosa
Matius
18: 21-22 Kemudian
datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku
harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh
kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan
sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Terkadang
kita akan bertanya seperti Petrus, sampai berapa kali saya musti mengampuni
orang yang menyakiti saya? Tuhan
tegaskan bahwa bukan sekali, dua kali atau tujuh kali, tetapi berkali-kali.
Ingat dosa kita yang begitu besar telah diampuni oleh Allah, masakan kita yang
hanya manusia ini merasa lebih tinggi dari
Allah sehingga kita tidak mau mengampuni kesalahan orang lain. Dalam
Markus 11: 25-26 Dan jika
kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam
hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni
kesalahan-kesalahanmu." (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu
yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.) dan
Matius 6 :14-15 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang,
Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak
mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.". Tuhan
menyatakan bahwa jika kita tidak mengampuni kesalahan orang lain terlebih
dahulu, Allahpun tidak akan mengampuni pelanggaran kita.
Mazmur
37:4 Berhentilah
marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada
kejahatan. Raja Saul membiarkan kebenciannya terhadap Daud
merajalela didalam hatinya, sehingga jiwanya terseret jatuh kedalam dosa yang
lebih dalam, merancangkan kejahatan yang pada akhirnya menjatuhkan hidupnya
kerena tidak lagi berkenan kepada Allah. Jangan
beri tempat kepada amarah, karena amarah akan menyeret kita kepada kebencian
yang semakin dalam, merancangkan kejahatan yang pada akhirnya akan membawa kita
jatuh didalam dosa.
Kasihilah seorang akan yang lain seperti Yesus
mengasihi jemaat, dan itulah bukti kasih kita kepada Tuhan yang paling nyata.
Tuhan Yesus memberkati.
Dikhotbahkan oleh Ps. Andreas Eko Nugroho
Komentar
Posting Komentar