Langsung ke konten utama

Rancangan-Ku bukan Rancangan-mu; Jalan-mu bukan Jalan-Ku

Setiap pengalaman yang Tuhan berikan, setiap orang yang Dia taruh dalam hidup kita adalah persiapan sempurna untuk masa depan yang hanya bisa Dia lihat.
Corrie Ten Boom

Setiap kita pasti memiliki rencana atas masa depan, dan dijamin 100% pastilah rencana kita susun adalah rencana yang baik dan sempurna (“menurut kita”). Tetapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang kita mau. Apa yang telah kita rencanakan dengan baik (“sekali lagi menurut kita”), ternyata terkadang tidak berjalan dengan seperti yang kita mau.

Saya pun demikian, dari kecil sampai dengan saat ini (29 tahun, tulisan ini saya tulis di tahun 2009), mempunyai banyak impian dan bagaimana cara untuk mencapainya. Tidak ada sedikitpun masuk dalam rencana saya untuk melewati jalan yang berkerikil, berbelok-belok ataupun tikungan tajam. Yang saya bayangkan semua jalan yang akan saya lewati mulus seperti jalan tol. Saya juga berdoa atas semua impian saya dan berharap (terkadang memaksa sih!!) Tuhan menyetujui semua rencana saya. Tetapi apakah itu yang benar-benar terjadi??? Belum tentu juga. Kenapa bisa begitu? Karena Tuhan mengasihi saya dan tahu apa yang terbaik buat saya. Dia sangat tahu mana yang lebih baik yang harus kita alami dan jalani untuk menghasilkan kualitas kehidupan yang terbaik, yang pada akhirnya nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita.

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN……Yesaya 55:8

Pertanyaan selanjutnya, apakah kita mau berjalan bersama-Nya dalam rancangan-Nya dan waktu-Nya dengan selalu mengucap syukur??? ini PILIHAN. Mungkin ada banyak jawaban dan salah satu yang populer mungkin jawaban yang ini: ”Weeeek....@&!!*.” Boro-boro mengucap syukur, yang ada hanyalah tuduhan ataupun pertanyaan tentang apa sih maunya Tuhan?. Entah berapa sering kita berkata... “kenapa sih Tuhan” atau “apa susahnya sih Tuhan jadikan semua sesuai dengan apa yang saya mau”....(jadi teringat lagunya Krisdayanti...itu loh yang judulnya Yang Ku Mau).

Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmuYesaya 55:9

Hikmat kita sebagai manusia itu sangat-sangat terbatas. Apakah kita tahu apa yang akan terjadi satu menit lagi? Tidak bukan. Kita memang diperbolehkan merancang banyak hal untuk masa depan kita. Tuhan memberikan kita kebebasan untuk membangun mimpi, permasalahannya adalah apakah mimpi kita sesuai dengan rancangan Tuhan atau tidak. Lebih baik kita menyerahkan dan percaya bahwa rancangan dan jalan Tuhan adalah yang TERBAIK dan menghasilkan kehidupan yang lebih baik karena DIA adalah Tuhan MAHA TAHU yang tahu apa yang terbaik buat kita.

Kerinduan Tuhan hanya satu yaitu kepatuhan dan ketaatan pada otoritas-Nya dan berjalan bersama dengan Dia di sepanjang jalan yang telah Ia tentukan buat kita. Memang jalan Tuhan tidak selalu menyenangkan secara daging kita. Kadang-kadang kita merasa sakit atau kecewa. Tetapi percayalah dan selalu mengucap syukur selalu karena Tuhan itu tahu apa yang terbaik buat kita dan semua itu pada akhirnya mendatangkan SUKACITA buat kita.

Saya mengalami sendiri betapa jalan Tuhan pada awalnya tidak seperti apa yang saya mau tetapi ketika saya belajar untuk menikmati dan bersyukur atas semuanya, pada akhirnya semua mendatangkan kebaikan buat saya dan keluarga. Saya akan menceritakan tentang pengalaman saya, bagaimana rencana yang saya susun dan bagaimana jalan Tuhan yang harus saya lewati untuk itu.

Sejak lahir sampai umur 28 tahun, saya tinggal di kota Surabaya. Walaupun tidak sebesar dan se-metropolitan Jakarta, segalanya ada, mulai mall, tempat hiburan makanan enak. Semuanya tersedia dan mudah didapat. Saya juga telah bekerja di sebuah perusahaan yang cukup bonafid di Jawa Timur. Saat di rumah pun, saya tidak perlu melakukan pekerjaan rumahan seperti memasak, mencuci, setrika dll. karena ada pembantu. Jadi tidak pernah sedikitpun masuk dalam pikiran saya untuk pindah ke kota lain, apalagi kota yang lebih kecil. Rencana saya, nantinya jika saya telah menikah maka saya akan terus tinggal di Surabaya bersama suami dan anak-anak saya. Apakah itu menjadi kenyataan??? Ya pada saat ini, tetapi tidak pada satu setengah tahun yang lalu.

Puji Tuhan sekarang saya memang telah tinggal di Surabaya lagi, suami saya mendapat pekerjaan di sini dan kami juga telah diberkati dalam segala keperluan kami. Pernah terpikir oleh saya, apakah Tuhan tidak bisa membuat saya terus menetap di Surabaya, dan suami saya bisa mendapatkan pekerjaan di Surabaya sebelum menikah? Dan jawaban yang saya dapat adalah TUHAN PASTI BISA! Apa susahnya buat Tuhan. Tapi apakah itu yang terbaik? Belum tentu. Ternyata setelah melewati semua jalan yang Tuhan izinkan harus saya lewati, saya baru sadar bahwa semuanya itu adalah proses yang Dia kerjakan dalam hidup saya untuk mendatangkan kebaikan buat saya secara pribadi maupun rumah tangga saya.

Pada tahun 2007, Tuhan mempertemukan saya dengan pasangan hidup yang bekerja di sebuah pulau yang terpencil. Mau tidak mau, karena telah menjadi prinsip hidup bersama “kemanapun suami bekerja, saya akan mengikutinya”, ya saya HARUS MAU mengikuti suami, pindah ke Mataram, NTB. Saya keluar dari pekerjaan dan meninggalkan kota kelahiran saya. Awalnya kepindahan itu bukan hal yang menakutkan, karena saya selalu berpikir bahwa kemanapun Tuhan mengirim saya, pastilah itu hal yang terbaik dan juga saya toh akan melewatinya bersama orang yang saya cintai. Ya bisa dibilang saya OPTIMIS bahwa semua pasti berjalan menyenangkan, lancar tanpa permasalahan yang berarti. Saya akan dapat pekerjaan di tempat yang baru dan bisa menyesuaikan diri, pokoknya di pikiran saya... semua bakal berjalan lancar. Apakah ini terjadi??

Saya berangkat ke Mataram sendirian dengan pesawat dan tiba lebih dulu dari suami. Suami saya berangkat dengan kapal laut karena harus membawa sepeda motornya. Rencananya saya akan tinggal di kamar kos-kosan suami yang cukup kecil (3x4 m), walaupun biasanya saya tinggal di rumah dan punya kamar sendiri, itu bukan masalah besar buat saya. Begitu tiba di tempat kost suami, melihat dengan mata kepala sendiri saya menyadari bahwa ini tidak akan menyenangkan. Kamar kos berada di lingkungan yang bisa dibilang sedikit kumuh (suami memilih di sana karena lokasi dekat mana-mana dan dia hanya tidur disana hari sabtu-minggu) dan banyak anjing kampung yang tidak terurus dengan baik, kamarnya begitu kecil sehingga tidak cukup untuk barang bawaan saya yang buanyaaak sekali. Parahnya lagi, tempat itu tidak ditinggali oleh suami saya selama 2 bulan karena sebelum menikah dan mengambil cuti, dia melakukan perjalanan dinas selama sebulan lebih. Bisa dibayangkan kondisinya kan?!. Kotor, berdebu, bau, lembab. Saya pun terpaksa membersihkan kamar tersebut dari pagi sampai siang. Terbayangkan capeknya? Saya yang biasanya cuma duduk di depan komputer harus melakukan semuanya itu. Badan CAPEK dan LAPAR.

Cerita belum selesai, ketika istirahat makan siang, suami saya baru datang dengan berdarah-darah dan bilang kalau ia baru saja mengalami kecelakaan. DUENG!!!, kuartir dong saya. Dia cerita kalau motornya terserempet truk dalam perjalanan dari pelabuhan menuju ke kota. Akhirnya saya rawat suami saya. Permasalahan belum selesai, kali ini adalah masalah tempat tidur. Di kamar hanya ada satu tempat tidur ukuran 90x200 (single bad), kecil sekali kan?? Mana cukup untuk dua orang. Biarpun katanya pengantin baru itu suka tidur berdekatan, tetap saja kami tidak bisa tidur nyenyak karena tidak bisa gerak. Bangun tidur kepala saya pusing, badan ini sudah capek ditambah sakit semua, demikian juga suami. Rasanya waktu itu saya mau menyerah saja dan pulang ke Surabaya, tetapi itu tidak saya sampaikan ke suami, saya mencoba lagi, masak sih kalah dengan kondisi ini.

Singkat cerita, kami memutuskan untuk pindah kos-kosan, suami saya bertanya kepada teman satu kantornya, apakah ada kos-kosan yang lebih layak. Ada satu teman yang merekomendasikan tempat kost dia dahulu, tetapi sang pemilik bukan orang yang mau menyewakan kamarnya pada sembarang orang. Kami hanya berdoa, jika memang tempat itu yang terbaik buat kami pasti Tuhan akan buka jalan. Kami menanti kabar dari teman suami sekitar 2 hari dan puji Tuhan pemilik kost tersebut mau menyewakan kamarnya kepada kami, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama kami dapat berpindah tempat dan ternyata ini bagian rencana Tuhan atas saya secara pribadi sebagai wanita dan istri.

 Tempat yang baru kondisinya jauh lebih baik, ukuran kamar yang lebih besar dan lingkungan yang bersih tetapi keadaan masih belum baik buat saya kala itu. Pada awal-awal bulan kepindahan, rasanya hidup itu membosankan. Suami saya harus bekerja di tambang dan tinggal di sana sejak hari senin-jumat, dan baru balik ke Mataram hari Jum’at malam dan kembali ke tambang minggu sore. Saya tidak punya kegiatan, tidak kenal siapa-siapa, tidak bisa kemana-mana karena tidak tahu jalan, makanan tidak cocok. Mall yang ada sangat kecil untuk ukuran saya dan kondisinya tidak seperti mall di Surabaya. Rasanya saya ingin nangis saja. Di tambah lagi bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa daerah setempat. Satu minggu awal saya seperti orang linglung, pekerjaan saya hanya main game di laptop sampai jam 2 pagi. Bangun siang dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan, main game lagi. Saya yang biasanya bekerja, memakai otak saya tiba-tiba hanya memakainya untuk main game. Saya stress dan ingin pulang ke Surabaya.

Di dekat tempat kost saya ada Gereja GPPS Mataram, minggu pertama saya tidak beribadah di tempat itu, saya pergi ke GBI Rock. Tetapi minggu ke dua saya ajak suami saya untuk beribadah di tempat itu, karena buat saya dekat lebih enak. Inilah titik awal saya mulai di bentuk Tuhan. Jika minggu sebelumnya saya hanya main game, saya memberanikan diri untuk datang ke Gereja di hari kerja dan mulai berkenalan dengan Gembala dan pekerja di tempat itu. Gembala sidang di gereja ini adalah sosok yang tangguh, Pdt. Legi Fujiyanti Girsang. Beliau adalah seorang wanita yang baru saja berperan sebagai gembala setelah suami beliau dipanggil Tuhan. Beliau adalah sosok perempuan yang tangguh dan di urapi untuk membangun generasi wanita-wanita Tuhan. Saya mulai aktif mengikuti kegiatan gereja dan mengenal banyak hamba Tuhan yang lain. Banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapat dan salah satunya adalah bagaimana menjadi seorang wanita yang istimewa di mata Tuhan dan suami. Saya di bentuk untuk menjadi seorang istri yang sesuai dengan Firman Tuhan. Di tempat ini jugalah awal pelayanan saya membuat buletin gereja dan menerima panggilan Tuhan untuk menulis artikel rohani, karunia yang Tuhan tambahkan dalam diri saya.

Tujuh bulan saya tinggal di Mataram, selama itu juga kami berdoa agar kami dapat tinggal bersama-sama dan bertemu setiap hari. Skenario awal kami adalah kami akan mendapatkan rumah di daerah pertambangan, itu yang selalu kami doakan. Tidak terpikir oleh kami untuk kembali ke Surabaya, karena pekerjaan suami di sana. Proses birokrasi yang ada tidak semudah bayangan kami, waktu itu pikir kami paling lama 3 bulan kami akan mendapatkan rumah tersebut. Bulan berganti bulan telah lewat 5 bulan, saya ingat sekali, dalam doa saya, mulai memaksa Tuhan untuk menuruti rencana kami. Saya sempat marah, kok susah sekali sih untuk tinggal bersama, bukankah ini sesuai dengan Firman Tuhan. Tetap tidak ada perubahan, saya mulai belajar untuk menerima keputusan Tuhan, dalam pikiran saya, ya mungkin seperti ini dan di sinilah saya akan menghabiskan waktu saya dengan suami.   

Saya tidak tahu kalau ternyata suami saya mulai melamar pekerjaan di tempat lain. Saya mulai membuat diri saya menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Pikir saya, kalau saya tetap tidak bersuka cita, pada akhirnya tidak akan membawa kebaikan buat saya. Kalau Tuhan pandang di sini baik buat saya, ya saya belajar untuk menikmati keputusan Tuhan. Desember saya mendapat kemurahan Tuhan, suami bertugas ke Australia dan saya di perkenankan untuk ikut serta, PUJI TUHAN karena di kepala saya tidak pernah terlintas sedikitpun untuk pergi ke Luar Negeri karena saya tahu biayanya tidak sedikit. Sekali lagi ini KEMURAHAN TUHAN, apa yang tidak dilihat mata, tak pernah didengar telinga dan timbul di dalam hati, itu yang Tuhan sediakan bagi dia yang mengasihi-Nya. Dua minggu saya berada di sana. Diakhir perjalanan kami, tiba-tiba suami mendapat telepon dari dua perusahaan yang berbeda, yang menawarkan pekerjaan. Satu di pulau Sulawesi tetapi kepastian mendapat rumah di pertambangan di jamin dan satu lagi di Surabaya…amazing. Sepulang dari Australia, suami menjalani test dan wawancara. Setelah itu tidak ada kabar sama sekali, kami pikir ya mungkin bukan yang terbaik. Kami juga tidak terlalu berharap pekerjaan di Surabaya, karena pikir kami mana ada pekerjaan di Surabaya yang memberi penghasilan sebesar perusahaan pertambangan. Akhirnya kami belajar untuk menerima apa yang menjadi keputusan Tuhan, dan menikmati dengan sukacita dan ucapan syukur.

Siang itu, saya tidak ingat kapan tepatnya, saya berdoa kepada Tuhan. Tidak berapa lama suami saya menelepon, saya cuma katakan “nanti bulan maret…eh nggak sih, bulan februari kita akan bertemu setiap hari.”. Waktu itu suami saya tanya, “tahu dari mana?”. Saya cuma bilang, “pokoknya begitu, kamu percaya saja,” saya tidak tahu dari mana pikiran dan kata itu karena saya belum terbiasa dengan istilah suara Tuhan. Satu minggu berselang suami saya SMS, kita akan ketemu setiap hari. Dan malamnya dia telepon dan memberitahukan bahwa dia diterima kerja di perusahaan di Surabaya dan luar biasanya lagi TUHAN memberi kami bonus, gaji yang suami dapat lebih dari bayangan kami. SEGALA KEMULIAAN HANYA BAGI TUHAN.

Rancangan Tuhan sungguh unik buat kami, karena kami terkhusus saya harus dibawa Tuhan berputar-putar keluar dari kota Surabaya dan menuju kota yang kecil, terpisah dari suami untuk di bentuk, dididik, diajar menjadi seorang istri yang sesuai dengan Firmannya dan juga suami sayapun di didik Tuhan untuk menjadi Kepala, pemimpin, Imam atas keluarga saya.

Rancangan Tuhan tidak berjalan dalam waktu yang singkat, kita tidak pernah tahu kapan akhir dari perjalanan itu, tetapi yang kita tahu bahwa RANCANGAN TUHAN BUKAN RANCANGAN KECELAKAAN TETAPI RANCANGAN YANG MEMBAWA DAMAI SEJAHTERA.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan….Yeremia 29:11


Tuhan Yesus Memberkati!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thanks Jesus, 5 tahun pernikahan kami

Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Matius 19 :5-6 Semua karena kasih karunia, semua karena kemurahan Tuhan, semua karena pimpinan-Nya. Jika bukan Tuhan yang memimpin setiap langkah hidup pernikahan kami, entah bagaimana kami mampu melewati hari-hari itu. Dia, Yesus yang mendidik kami untuk menjadi pasangan hidup yang saling disempurnakan satu dengan yang lain, kami tidak sempurna, karena itu kami dipersatukan, untuk saling melengkapi, menutupi, menyempurnakan apa yang telah Tuhan karuniakan pada pribadi kami J . Aku bersyukur, aku punya Tuhan yang luar biasa, bersyukur akan kesabaran-Nya, akan kasih-Nya, akan kesetiaan-Nya dan akan didikan-Nya yang membuat hari-hari pernikahan kami dipenuhi oleh kasih-Nya yang mengikat kasih kami berd...

Harta Rohani Dalam Bejana Tanah

2 Korintus 4 : 1-16 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!," Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemu...