I hate this job…entah berapa kali kalimat ini terus menerus aku ulang-ulang. Rasanya kekesalan demi kekesalan semakin menumpuk dalam hati. Dan lebih menjengkelkan, semakin saya kesel, semua pekerjaan jadi semakin terasa berat.....Benci !!!! Benci !!!!! Apalagi yang harus dilakukan supaya bisa lebih lega. Ternyata apapun yang aku katakan bukannya bikin lega tetapi malah bikin sumpek.
Ilustrasi diatas mungkin seringkali terjadi pada kita...entah buat kita yang bekerja, Ibu Rumah tangga atau jadi siapapun kita. Hal itupun pernah atau tepatnya lumayan seringlah terjadi pada saya.
Ini terjadi pada pertengahan 5 tahun kerja saya. Kenapa begitu...karena diawal kerja, saya begitu bersyukur dan mau belajar apa saja. Apapun yang diperintahkan, semua saya kerjakan dengan sungguh-sungguh dan hasilnya kepercayaan atasan dan kenaikan golongan saya terima. Tetapi memasuki tahun ke 3, tekanan kerja semakin besar, tuntutan atasan yang tinggi, konflik internal mulai bermunculan, celoteh-celoteh ketidakpuasan dari teman-teman kerja atas reward dari perusahaan yang mulai merasuki pikiran saya.
Akhirnya segala sesuatu yang saya kerjakan selalu saya ukur, seakan-akan selalu minta imbalan (ini gak salah sih, tetapi jika perasaan ini terlalu mendominasi, hanya akan jadi batu sandungan buat kita sendiri). Jika atasan saya meminta saya mengerjakan sesuatu ”Loh,..inikan bukan pekerjaanku..kok semua-semua aku sih???” itulah yang waktu itu aku pikirkan. Setiap pagi berangkat kekantor, ditengah perjalanan saya selalu mulai menggerutu, mengeluh dan ngoceh tidak jelas arahnya. Tidak ada ucapan syukur sama-sekali. Dengan teman kerja hanya ada negatif thinking... marah-marah dan sebagainya. Mulai jauh dari teman, yang ada rasa tidak puas akan kinerja semua orang. Rasa-rasanya yang bisa bekerja waktu itu hanya SAYA dan bebarapa teman saja. Entah berapa lama aku menjalani situasi itu, rasanya sekitar setengah tahunan.
Puji Tuhan, tidak tahu tepatnya hari apa, saya mulai merasakan ”kok rasanya ada yang salah yang dengan saya ini, sifat ini bukan SAYA yang seharusnya...”. Saya mulai capek dengan sifat baru saya tersebut ...bayangkan tiap hari marah-marah, kesel, jengkel ...ribut dengan orang, ngomongin orang, merasa paling bisa dan hebat. Dalam doa saya ”Tuhan, aku nggak suka dengan sifatku yang sekarang, aku ingin diubahkan menjadi saya yang dulu lagii”.
Mulailah saya melakukan evaluasi atas kehidupan saya. Dan dari hasil evaluasi tersebut ternyata saya terlalu berfikir negatif atas semua hal. Saya telah terdokrin memandang sesuatu dari satu sisi, yaitu sisi ketidakadilan. Contoh..ketika saya mendapat pekerjaan yang begitu banyak dari atasan...saya berfikir..”kenapa sih kok nggak nyuru yang lain aja ..tu..tu..kan ada orang lain kok dibiarin nganggur...” padahal seharusnya saya bersyukur bahwa saya telah mendapatkan kepercayaannya ...bukankah itu yang selama ini saya usahakan diawal-awal bekerja.
Masih banyak lagi hasil dari evaluasi tersebut dan itulah titik awal perubahan saya kembali untuk menjadi lebih baik lagi dan hasil yang saya dapat...Saya dipercaya atasan untuk banyak hal, belajar hal-hal baru diluar bidang yang saya kuasai sehingga ilmu dan pengalaman saya bertambah banyak, persahabatan dengan banyak teman dan ketika saya mengajukan pengunduran diri...persahabatan saya dengan mereka tidak pernah putus.
”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” ....Matius 5:16
Mengeluh adalah hal yang sangat biasa kita lakukan. Entah sadar atau tidak di dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita merasa ”kok begini sih, kenapa sih dan masih banyak kalimat gerutu lainnya. Tidak percaya?, bayangkan saja ketika kita berkumpul dengan teman-teman kita apa yang kita bicarakan? pastinya mengenai pekerjaan, pasangan hidup, masa lalu, anak-anak dan berbagai macam hal lainnya. ketika pulang baru ternyata kita tadi satu sama lain saling berlomba untuk memamerkan keluhan kita masing-masing seolah-olah siapa yang paling banyak mengeluh dialah yang paling hebat.
Mengeluh adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini menjadi suatu kebiasaan dan parahnya lagi mengeluh menjadi suatu kebanggaan. Bila kita memiliki dua orang teman, yang pertama selalu berpikiran positif dan yang kedua selalu mengeluh, mana yang akan kita pilih? Menjadi seorang yang hobby mengeluh awalnya mungkin bisa mendapatkan simpati dari teman, tetapi hal itu lama-kelamaan tidak akan membuat kita memiliki lebih banyak teman dan tidak akan menyelesaikan masalah kita, bahkan bisa membuat kita kehilangan teman-teman kita.
Apa yang menjadi penyebab kita selalu mengeluh :
1. KKarena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita.
2. Pikiran negatif yang bermunculan atas suatu situasi dan kondisi. Cara kita berfikir dan memandang suatu kondisi atau keadaan, itu akan sangat mempengaruhi langkah kita selanjutnya.
Bagaimana kita mengatasi hal ini. Caranya sebenarnya gampang-gampang susah, kita hanya perlu BERSYUKUR. Saya percaya bahwa dibalik semua hal yang kita keluhkan PASTI ADA hal yang dapat kita syukuri.
Sebagai contoh, Saya yang selama ini biasa bekerja, mandiri dan berpenghasilan dan tiba-tiba saja saya dihadapkan kondisi saya tidak bekerja karena harus mengikuti suami saya..yang kenyataannya hanya bisa ketemu tiap akhir minggu ...yaitu Jum’at malam sampai dengan minggu siang..setelah itu..jomblo lagi deh...
Pada waktu keputusan tersebut saya buat sudah saya pertimbangkan masak-masak segala resikonya, tetapi ketika hal itu harus saya hadapi tetap saja kenyataan itu tidak nyaman buat saya. Dulu ketika masih bekerja...sering banget becanda ama temen gini ”enak ya besok-besok, kalau punya suami yang mapan trus kita gak perlu kerja,..ya dirumah kerjanya cuma..fitnesh, luluran, creambath dll. pokoknya yang mengasikkan,” dan ketika itu harus saya hadapi...loh kok lain ya rasanya. Ada perasaan kok saya jadi bergantung hidup dengan orang lain, tidak mandiri, tidak punya teman, dan masih banyak keluhan lainnya yang membuat saya frustasi. Bahkan ketika 2-3 hari sebelum menulis inipun, saya sudah mulai bete dan pengen pulang ke Surabaya dan kembali bekerja.
Anehkan manusia itu,..dulu pengen kerja...trus kerja..mengeluh capeklah, jenuhlah trus pengen gak kerja tapi tetep dapat duit..alias Istri Orang...trus pas jadi kenyataan mengeluh rasanya kok otak ini gak kepakelah, jadi tergantung sama orang lainlah, kehilangan temen-temen, gak punya duit dewe, gak bebas dan masih keluhan lainnya yang gak ada manfaatnya. Efeknya....ya jelas setiap hari saya tidak bisa ceria, rame dan bersyukur. Kerjaannya jadi bete, bikin suami kepikiran dan gak konsentrasi kerja karena setiap ditelepon suara saya suntuk dan tidak bersemangat. Nggak ada efek baik dari mengeluh.
Pelajaran yang saya ambil dari ini adalah, saya bersyukur sekali karena saya telah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran selama 5 tahun di tempat saya bekerja, dan saat ini Tuhan berikan saya waktu yang lebih banyak untuk saya dapat lebih banyak melayani pekerjaannya di bidang pelayanan dan saya diberikan waktu untuk belajar menulis. Dan untuk masalah bahwa saya hanya bertemu suami diakhir pekan, sudut pandang yang saya ambil adalah bahwa Tuhan sedang mengajarkan saya tentang besarnya arti kebersamaan, walaupun cuma sebentar, agar saya nantinya bisa menghargai kebersamaan kami setiap hari.
Bersyukurlah lebih banyak dan percayalah hidup kita akan lebih mudah dan keberuntungan senantiasa selalu bersama kita, karena kita dapat melihat hal-hal yang selama ini mungkin luput dari pandangan karena kita terlalu sibuk mengeluh. Ingat satu hal, bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan dan kita lalui didalam kehidupan ini lakukanlah dan pandanglah hal tersebut untuk Tuhan.
”Sesungguhnya AKU mengutus seseorang malaikat berjalan didepanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Ku sediakan” ....Keluaran 23:20
"Semakin banyak Anda bersyukur kepada Tuhan atas apa yang Anda miliki, maka semakin banyak hal yang akan Anda miliki untuk disyukuri."
Komentar
Posting Komentar