Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa….I Raja-raja 11-12
Judul ini saya ambil dari buku Pdt. Petrus Agung Purnomo. Pertama kali membaca judulnya, saya tersenyum karena cukup unik buat saya secara pribadi. Terbersit di pikiran saya apa hubungan Firman Tuhan dengan angin sepoi-sepoi basa?. Buku ini tidak tebal, bahkan bisa dibilang buku yang tipis, tetapi mengajarkan kepada saya tentang sesuatu yang besar. Rhema yang saya dapatkan setelah membaca buku ini adalah Tuhan berbicara lewat segala keadaan baik itu peristiwa yang menggemparkan ataupun hanya biasa-biasa saja, lewat setiap orang baik itu hamba-Nya yang di pakai luar biasa atau hanya orang biasa, anak-anak. APAPUN DAN SIAPAPUN dapat dipakai TUHAN oleh karena itu buka pikiran jangan pernah membatasi Tuhan dengan paradigma manusia kita. Ada banyak contoh kejadian yang dialami oleh pribadi-pribadi di dalam Firman Tuhan yang mengalami dan mendapatkan sesuatu yang besar karena mendengarkan suara Tuhan yang dahsyat ataupun suara Tuhan berupa suara angin sepoi-sepoi basa.
Ketika membaca buku ini saya teringat akan kesaksian teman saya yang dia sampaikan baik kepada saya secara pribadi ataupun juga di forum doa. Satu pengalaman yang menggambarkan bagaimana Tuhan memakai sesuatu yang kecil yang kalau kita tidak peka bahwa itu suara-Nya akan membuat kita terlewat dan mengalami kekecewaan.
Satu pengalaman unik yang Tuhan izinkan untuk dialami oleh teman saya yang bernama Ibu Benata. Dia beberapa waktu yang lalu ketika sedang berjalan-jalan di suatu market di kota Bangkok, mengalami kecopetan. Ketika itu, dia dan suaminya kira-kira bisa menebak siapa yang mencopetnya. Suaminya bahkan mengejar dan berbicara kepada pencopet itu, tetapi yang bersangkutan tidak mengaku. Karena keterbatasan bahasa, dan itu hanya perkiraan semata maka tidak dapat di selesaikan. Teman saya hanya melaporkan kehilangannya ini kepada bagian informasi dan oleh pihak informasi di minta untuk menyebutkan ciri-ciri dompetnya dan meninggalkan no telepon, karena pikir mereka siapa tahu ada yang menemukan dompet tersebut.
Kejadian ini sempat membuat teman saya bertanya-tanya kenapa ini harus terjadi dan dia alami. Dia juga melakukan koreksi apakah ada kesalahan ataupun pelanggaran atas Firman-Nya. Setelah dilakukan koreksi, tidak di dapati sesuatu yang rasanya melanggar apa yang Tuhan perintahkan bahkan menurut teman saya, saat itu adalah saat dimana hubungan dia dengan Tuhan sedang panas-panasnya. Bingung dan bingung. Kehilangan dompet ini buat dia sebenarnya bukan masalah uangnya, dia telah mengikhlaskannya tetapi lebih karena dompet tersebut adalah dompet pemberian sahabatnya dan dia sangat suka dan juga surat-surat berharga yang ada di dalamnya. Hal ini sempat mempengaruhi kehidupannya. Di hati kecilnya Tuhan meletakkan suara nurani yang mengatakan lepaskan pengampunan, lupakan jangan sampai damai sejahteramu hilang. Anggap saja orang tersebut memerlukan berkat tersebut. Teman saya tidak pernah bercerita masalah ini kepada anaknya yang berusia 4 tahun. Tiba-tiba, Tuhan memakai anaknya, putri kecilnya, Laras untuk menyampaikan pesan TUHAN, “uang itu miliknya Tuhan, dompet mama juga punyanya Tuhan. Semua punya Tuhan, Tuhan sayang sama kita semua.” Suara angin sepoi-sepoi basa yang berasal dari seorang anak kecil, yang umurnya saja baru 4 tahun yang tidak tahu permasalahannya. Suara ini membangunkan teman saya, dia merespon dengan benar, meminta ampun kepada Tuhan, melepas pengampunan dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Keputusan Tuhan adalah yang terbaik. Setelah melepaskan pengampunan dan tidak memikirkan dompet itu lagi, beberapa hari kemudin tiba-tiba dia mendapat kabar bahwa dompetnya di ketemukan. Dan setelah di periksa, memang uangnya tidak kembali tetapi surat-surat berharga kembali utuh. Puji Nama Tuhan, Kemuliaan hanya bagi Tuhan, Kasih-Nya tak pernah berkesudahan buat teman saya dan kita semua.
Belajar dari pengalaman teman saya, betapa kita sering mengabaikan pendapat dan suara orang-orang yang dibawah kita ataupun yang lebih muda karena kita menganggap bahwa suara Tuhan hanya di sampaikan oleh hamba-hamba Tuhan yang dahsyat. Tidak ada yang salah dengan ini tetapi jadilah peka karena Tuhan dapat memakai setiap hal dan setiap orang untuk membangun, mendidik, membentuk kita untuk mencapai gambaran Tuhan yang sempurna atas hidup kita, RESPON yang benar itu yang Tuhan kehendaki.
Belajar dari buku ini, secara pribadi saya dibukakan untuk melihat segala hal dengan sudut pandang yang berbeda, menghargai setiap kejadian dan setiap pendapat, mengujinya di hadapan Tuhan, apakah ini dari Tuhan ataukah bukan, dan melakukan respon yang benar seperti yang Tuhan kehendaki.
Tuhan Yesus Memberkati
*Terima kasih atas ijin yang di berikan oleh teman saya Ibu. Agustina Benata untuk menuliskan kesaksian hidup yang telah dialaminya. GBU
Komentar
Posting Komentar